Powered By Blogger

Minggu, 31 Maret 2013

KLUB YANG MENERIMA BADGE OF HONOUR


Real Madrid
Tidak dapat dipungkiri, inilah klub tersukses dalam sejarah penyelenggaraan Liga Champions. Klub raksasa asal Spanyol ini mencatat rekor yang sangat mengesankan, sembilan kali juara. Hingga kini rekor tersebut masih dipegang oleh klub yang bermarkas di Santiago Bernabeu itu Madrid bahkan juga membukukan sukses meraih lima kali juara pada lima musim berturut-turut yaitu pada tahun 1956, 1957, 1958, 1959 dan 1960.

AC Milan
Inilah pesaing serius Madrid dalam urusan gelar juara Liga Champions. Milan telah mengoleksi tujuh gelar juara yang diraihnya pada musim 1962-63, 1968-69, 1988-89, 1989-90, 1993-94, 2002-03, dan 2006-07. Mereka kini menjadi kolektor gelar Liga Champions kedua terbanyak.

Liverpool
The Reds merebut gelar juara sebanyak lima kali. Mereka meraihnya pada musim 1976-77, 1977-78, 1980-81, 1983-84, dan 2004-05. Tak heran mereka berhak mengenakan simbol kehormatan tersebut.

Ajax Amsterdam
Di antara klub Belanda yang pernah berlaga di Liga Champions, boleh dibilang tim Ajax Amsterdam adalah klub yang paling sukses. Tiga gelar berhasil mereka raih selama tiga musim berturut-turut, yaitu musim 1970-71, 1971-72, dan 1972-73. Prestasi ini membuat mereka diberi kehormatan mengenakan Badge of Honour oleh UEFA. Namun jumlah raihan gelar Ajax sekarang empat. Mereka berhasil menambahnya menjadi empat pada tahun 1994-95 dengan mengalahkan AC Milan di partai puncak.

Bayern Muenchen
Bayern memang belum mengoleksi lima gelar juara. Sekarang mereka baru mengumpulkan empat trofi yang direbutnya pada musim 1973-74, 1974-75, 1975-76, dan 2000-01. Namun karena pernah merebutnya selama tiga kali beruntun pada tahun 1974 hingga 1976, kostum FC Hollywood kini dihiasi Badge of Honour.

SHEFFIELD FC, KLUB TERTUA DI DUNIA



Inggris adalah Negara yang mengklaim sebagai negeri asal sepak bola. Sebuah pengakuan yang pada beberapa penelitian ternyata mentah. Namun, Inggris tak perlu berkecil hati karena fakta klub sepak bola tertua berasal dari negeri Pangeran Charles itu belum terbantahkan hingga saat ini.

Klub tersebut adalah Sheffield FC yang berdiri pada 24 Oktober 1857, enam tahun sebelum asosiasi sepak bola Inggris (FA) dibentuk. Klub ini didirikan oleh William Prest dan Nathaniel Creswick. Tujuan awalnya adalah sebagai sarana menjaga kebugaran para pemain kriket selama musim dingin.

Keberadaan Sheffield FC lantas menginspirasi berdirinya klub-klub sepak bola lain di wilayah Sheffield. Pada 1862 terdapat 15 klub di sana. Mereka pun punya andil saat Sheffield United dibentuk pada 1889.

Klub sepakbola asal Selatan Yorkshire, Inggris ini sekarang berlaga di kompetisi Northern Premier League Division One South yang berada di level delapan dalam struktur piramida sepakbola Inggris.

Sheffield menentukan sendiri peraturan permainan sepakbolanya, yang sekarang justru menjadi dasar sepakbola modern. Seperti, gawang pertama, sepak pojok pertama, tendangan bebas pertama dan yang pertama menggunakan penerangan dalam pertandingan.
Pertandingan antar kota pertama kali dilakukan melawan London City di Battersea Park, pada 1866. Dan pada tahun 1872, Sir Charles Clegg menjadi pemain Sheffield yang mengikuti pertandingan internasional antara Inggris vs Skotlandia.

Dibawah asuhan manager Mark Shaw, klub ini finish di peringkat 11 musim lalu (2010-2011). Sekarang Sheffield F.C berbasis di Coach and Horses Ground, Dronfield, Derbyshire.

Beberapa penghargaan yang telah diraih klub tertua di dunia ini yaitu:
1. Juara FA Amateur Cup, 1903-04
2. Juara divisi dua liga Yorkshire, 1976-77
3. Juara liga Yorkshire, 1977-78
4. Juara Whitbread Trophy, 1987-88
5. Juara divisi satu liga Northern Counties East, 1988-89 & 1990-91
6. Juara liga Northern Counties East, 2000-01 & 2004-05
7. Juara Sheffield and Hallamshire Senior Cup, 1993-94, 2004-05, 2005-06, 2007-08 & 2009-10

Atas sejarah dan kontribusi besarnya terhadap perkembangan sepak bola, Sheffield FC menerima penghargaan FIFA Order of Merit pada 2004. Selain Sheffield FC, hanya Real Madrid yang juga menerima penghargaan serupa.

SEJARAH OLD TRAFFORD


Old Trafford (julukan The Theatre of Dreams diberikan oleh Sir Bobby Charlton) adalah sebuah stadion sepak bola di kota Stretford, Trafford, Manchester Raya, Inggris dan merupakan stadion milik Manchester United F.C. Lapangan ini menjadi permanen milik Manchester United F.C. sejak 1910 (sempat absen pada tahun 1941-1949 karena dibom saat Perang Dunia Kedua). Stadion ini terletak kira-kira setengah mil dari Lapangan Kriket Old Trafford dan Manchester Metrolink.

Kadang-kadang stadion ini menjadi tuan rumah pertandingan semi-final Piala FA (sebagai tempat netral), dan menjadi markas tim nasional sepak bola Inggris ketika Stadion Wembley dalam proses renovasi. Stadion ini juga salah satu tempat penyelenggaraan Piala Dunia FIFA 1966 dan Euro 96, dan juga final Liga Champions 2003. Dengan terpilihnya London sebagai tuan rumah Olimpiade 2012, stadion ini akan digunakan untuk beberapa pertandingan penyisihan sepak bola pria dan wanita. Di samping sepak bola, Old Trafford telah menjadi tempat penyelenggaraan Grand Final Liga Super Eropa sejak sistem playoff diadopsi oleh liga rugbi tahun 1998. Juga, pada awalnya, lapangan ini juga digunakan untuk shinty, olahraga tradisional Skotlandia.


Old Trafford memiliki kapasitas 76.000, dan menjadi satu-satunya stadion di Inggris yang memiliki rating 5 bintang. Namun, dalam 3 - 4 tahun mendatang stadion ini tidak akan menjadi markas dari Inggris karena akan adanya penilaian penentuan rating bintang oleh UEFA dalam 3 - 4 tahun mendatang dan kemungkinan besar stadion Wembley akan mendapatkan rating 5 bintang karena oleh beberapa media dianggap layak memenuhi syarat stadion 5 bintang UEFA
Old Trafford resmi menjadi markas baru Manchester United pada musim 1909 - 10 yang berawal saat ketua Manchester United saat itu John Henry Davies membeli tanah senilai 60 ribu Dollar. stadion ini dirancang oleh Archibald Leitch dengan anggaran sekitar 30 ribu Dollar hingga selesai. rencana awal dideskripsikan bahwa stadion Old Trafford dapat menampung lebih dari 100.000 penonton , walau hingga akhirnya kapasitas resminya tercatat 76.212 penonton.

Peresmian Stadion Old Trafford Tahun 1910
Pertandingan pertama di Old trafford itu dilaksanakan pada 19 Februari 1910 melawan Liverpool FC yang dimenangkan oleh Liverpool dangan skor 3-4.

Sebelum pembangunan Stadion Wembley pada tahun 1923, Final Piala FA diselenggarakan di beberapa Stadion yang berbeda di seluruh Inggris termasuk Old Trafford. Yang pertama adalah Final Replay Piala FA 1911 antara Bradford City dan Newcastle United, Bradford menang 1-0, gol dicetak oleh Jimmy Speirs, dalam pertandingan yang ditonton oleh 58.000 orang.

Final Replay Piala FA Tahun 1911

Old Trafford pun menjadi perhelatan setiap partai penting di Inggris, termasuk final Piala FA. Bahkan pada final 1939 antara Wolverhampton lawan Grimsby terjadi ledakan penonton yang mencapai 76.962 orang.
Sejak itu, Old Trafford bagaikan tempat peribadatan penting sepak bola Inggris. Meski kemudian muncul stadion-stadion bagus, termasuk Wembley, namun nilai historis dan gengsi Old Trafford tak pernah sirna.

Old Trafford Pada Tahun 1922

Sebaliknya, stadion ini semakin punya karisma. Suasananya pun kian magis dan menggairahkan. Di Inggris, suara nyanyian penonton di Old Trafford paling kencang. Bahkan pernah diukur kekuatannya melebihi suara gemuruh pesawat Jumbo Jet yang sedang tinggal landas.

Meski begitu, Old Trafford juga menjadi simbol kepedihan Manchester, juga rakyat Inggris. Pada Perang Dunia II, stadion ini termasuk menjadi sasaran bom oleh Jerman. Tepatnya 11 Maret 1941.

Old Trafford Ketika di Bom

Kontan saja, stadion itu berantakan dan tak bisa dipakai. Markas Manchester United pun akhirnya pindah, menumpang markas Manchester City, di Maine Road. Parahnya, perang juga diikuti inflasi, hingga MU kesulitan membangun kembali stadion kebesarannya.

Butuh waktu nyaris 9 tahun untuk kembali menghidupkan kembali Old Trafford. Praktis, dalam delapan musim Liga Utama Inggris absen di Old Trafford. Berkat semangat keluarga Edwards (pemilik klub), stadion itu terbangun juga.

Renovasi Akhir Old Trafford di Tahun 1949

Sejak itu, renovasi terus dilakukan. Kapasitas stadion pun naik turun. Setelah kasus tragedi di Stadion Hillsborough, 1989, kapastias dikurangi menjadi 45.000, bahkan kemudian 43.000. Kapasitas tersedikit sepanjang sejarah Old Trafford.

Old Trafford Dari Masa ke Masa

Namun, ternyata stadion tak mampu menampung antusiasme dan animo publik Manchester, juga penonton lain. Sebab, pertandingan di Old Trafford sudah menjadi bagian dari wisata. Maka, penambahan kapasitas pun terus dilakukan.

Bahkan, Manchester United punya rencana besar. Stadion itu akan dinaikkan kembali kapasitasnya menjadi berkapasitas 96.000. Ini jelas Manchester United ingin mempertahankan keagungan Old Trafford dan menjaga agar stadion tersebut tetap menjadi salah satu tempat paling keramat di Inggris, pun dunia. Sebab, jika rencana itu diwujudkan, berarti kapasitasnya akan melebihi Wembley yang sudah direnovasi menjadi berkapasitas 90.000.

Bagi Setan Merah, stadion bagian dari simbol kehormatan. Sebab itu, sejak awal Manchester United selalu mencoba membangun stadionnya sebaik dan sebesar mungkin.

Fakta Old Trafford:
Nama resmi : Stadion Old Trafford
Julukan : The Theatre of Dreams
Dibangun : 1909
Dibuka : 18 Februari 1910
Alamat : Sir Matt Busby Way, Old Trafford, Manchester M16 0RA
Telepon : +44 (0) 161 868 8000
Fax : +44 (0) 161 868 8868
Kapasitas : 76.212
Rekor penonton : 76.962, Wolverhamton vs Grimsby (25 March 1939)
Kekuatan lampu : 2.500
Luas lapangan : 110 X 67 meter
Status : Bintang lima
Arsitek : Archibald Leitch
Perkembangan kapasitas:
1910-1939 : 80.000
1945-1960 : 67.000
1960-1974 : 65.000
1975-1980 : 60.000
1980-1988 : 58.000
1988-1990 : 48.000
1990-1994 : 45.000
1994-1996 : 43.000
1996-1999 : 55.000
2000-2001 : 61.000
2001-2005 : 68.000
2006-.... : 76.212
Sekilas Old Trafford:
1.      Stadion paling banyak muncul di film, di antaranya di Hell Is a City (1960), Billy Liar (1963), dan Charlie Bubbles (1968).
2.      Stadion pertama yang membangun pagar pengaman untuk mengantisipasi hooliganisme pada 1970-an.
3.      Dari April sampai November, rumput Old Trafford dipotong tiga kali seminggu. Desember sampai Maret dipotong sekali seminggu.
4.      Di bawah lapangan terdapat instalasi pipa plastik 10 inci yang menyuplai air hangat untuk mencairkan salju yang jatuh ke rumput.

SEJARAH BERDIRINYA MUTV


Pernah berpikir bahwa siaran sepak bola sudah terlalu banyak di televisi? Sepertinya tidak. Alasan ini juga yang mungkin menjadi dasar pemikiran Manchester United pada 30 September 1997, bekerjasama dengan Granada dan BSkyB untuk membuat MUTV, saluran di mana fans Man. United akan terpenuhi semua kebutuhan televisual mereka. Meski siaran pertama MUTV baru dimulai pada 10 September setahun berikutnya.
MUTV menawarkan pelipur lara bagi fans yang tidak bisa hidup tanpa menonton reserves team, youth team dan hampir setiap jenis lain dari Manchester United terkait pertandingan setiap pekan. Sadar penonton MUTV didominasi fans Setan Merah, komentar pun sedikit bias untuk memberi analisis tidak seimbang.
Namun, untuk mesin propaganda klub, MUTV telah memiliki bagian yang adil dari kontroversi selama bertahun-tahun. Dan tidak mengherankan MUTV menjadi saluran paling eksplosif saat memberitakan konflik Roy Keane tertentu dengan klub. MUTV juga mempercepat kepergian Keano dari klub, karena mengaku dalam sambungan telepon, dia "siap untuk bermain di tempat lain" saat kontraknya berakhir pada akhir musim.
Sementara itu, Manajer Sir Alex Ferguson mungkin bukan penggemar terbesar MUTV, karena ia telah berhenti memberi wawancara pasca pertandingan. Dalam hal pemasaukan, MUTV memberi cukup keuntungan buat klub. Hal ini pun mebuat klub lain seperti Liverpool, Chelsea dan dua tim asal Skotlandia, Rangers serta celtic mulai mengikuti jejaknya. (ds)

SEJARAH PANAS LIVERPOOL VS MANCHESTER UNITED


London - Suatu saat sekitar bulan November 1959 Bill Shankly yang menjadi pelatih di Huddersfield didatangi dua petinggi dari Liverpool. Terjadi percakapan yang cuplikannya kira-kira seperti ini:

"Tidakkah Anda berminat menjadi pelatih di klub terbaik Inggris?" tanya salah satu dari kedua petinggi Liverpool itu.

"Mengapa? Apakah Matt Busby mengundurkan diri?’" Shankly balas bertanya.

Kita tahu apa yang ada di benak Shankly, karena Matt Busby sedang berproses menjadi pelatih legendaris Manchester United dan klub itu sedang merajai dunia persepakbolaan Inggris. Sedangkan Liverpool saat itu sudah cukup bergembira duduk di papan tengah divisi dua versi lama Liga Inggris.

Ini sekadar ilustrasi bahwa sebenarnya persaingan paling sengit di antara kedua tim tersebut belumlah terlalu lama. Kalau dihitung sejak Shankly memegang Liverpool tahun 1959, maka persaingan sengit MU dan Liverpool baru berlangsung 50 tahun. Jauh lebih muda dari persaingan sengit antara Liverpool dan Everton yang sudah ada sejak 50 tahun sebelumnya, atau Manchester United dan Manchester City, atau Arsenal dan Tottenham sejak tahun 1930-an, serta Chelsea dan Fulham ataupun Burnley dan Blackburn.

Shankly mengagumi pemain-pemain MU maupun klub itu, tetapi pada saat bersamaan mempunyai tekad membara untuk menggoyang hirarki persepakbolaan Inggris. Membawa Liverpool kembali ke puncak persepakbolaan Inggris. Dialah yang sesungguhnya memantik persaingan sengit antara kedua klub raksasa Inggris ini.

Shankly yang prestasinya biasa-biasa saja sebelum memegang Liverpool, hanya dalam waktu lima tahun membawa Liverpool dari klub papan tengah divisi dua menjadi juara divisi satu menyingkirkan MU maupun -- yang lebih penting lagi sebenarnya -- musuh bebuyutan satu kota sekaligus juara bertahan, Everton. Dua tahun kemudian di tahun 1966 ia mengulangi prestasi itu. Tahun 1965 ia membawa Liverpool menjuarai Piala FA untuk pertama kalinya.

Shankly tidak lagi membawa Liverpool menjadi juara divisi satu hingga tahun 1973. Namun dalam proses kebangkitan Liverpool ia menanamkan rasa percaya diri yang luar biasa bahwa Liverpool tidak kalah besar dengan klub lain. Bahwa bermain untuk Liverpool adalah sebuah kehormatan. Dan andaipun Liverpool tidak menjadi juara, sangat penting untuk mengalahkan mereka yang dianggap terbesar dan tersukses, bagaimanapun caranya, bermain habis-habisan seolah mati hidup tergantung pada pertandingan itu.
Shankly dengan sengaja menjadikan MU sebagai sasaran. Apalagi ketika mereka di tahun 1968 menjadi klub Inggris pertama yang memenangi Piala Champions. Boleh saja MU waktu itu menganggap dirinya klub tersukses, tetapi bertemu Liverpool mereka tahu reputasi itu tak ada artinya. Pertandingan akan berlangsung seperti pertempuran habis-habisan.

Adalah "kehendak" sejarah bahwa di tahun 1970-an MU dan Liverpool bertukar posisi. Ketika revolusi yang diawali oleh Shankly diteruskan Bob Paisley dan kemudian Joe Fagan – dua asisten pelatih Shankly -- membuat Liverpool bukan saja raja Inggris tetapi juga Eropa, nasib MU terpuruk-puruk bahkan sempat terdegradasi ke divisi dua di tahun 1975. Namun perseteruan antara kedua klub sudah terlanjur mapan dan tidak mengendor untuk tidak dikatakan malah makin sengit. Liverpool ganti menjadi klub paling sukses di Inggris tetapi mereka tahu melawan MU adalah persoalan berbeda. MU akan menjadi “Setan Merah” yang sesungguhnya dan Liverpool harus bersiaga tanpa henti.

Sejak pertengahan tahun 60-an itulah pertarungan MU melawan Liverpool menjadi salah satu pertandingan paling sengit dan paling ditunggu publik Inggris, seolah lepas dari konteks keseluruhan kompetisi liga. Kedua klub seperti bertekad, kalaulah tidak menjadi juara maka yang lebih utama bagi MU adalah mengalahkan Liverpool, begitupun sebaliknya.

Kedua klub saling mengukur pencapaian prestasi mereka dari apa yang sudah diraih oleh keduanya. Ingatkah Anda ketika Alex Ferguson untuk pertama kalinya datang ke MU lebih 20 tahun silam? Ketika ditanya wartawan salah satu target utamanya menjadi pelatih di Old Trafford, Ferguson tanpa sungkan menjawab: "Menendang Liverpool dari puncak hirarki sepakbola Inggris."

Seperti Shankly di Liverpool, Ferguson melakukan revolusi di MU. Bedanya, Ferguson bukan sekadar memulai revolusi tetapi juga menjaga revolusi itu untuk tidak padam. Ia masih saja menjadi pelatih hingga kini. Ia memegang janjinya untuk menendang Liverpool dari puncak hirarki sepakbola Inggris. Entah untuk berapa lama lagi.

TROFI DFB POKAL, TROFI YANG BERTAMBAH TINGGI


Jika ada trofi yang mampu tumbuh lebih tinggi sebanyak dua kali, trofi DFB Pokal atau yang sering disebut Pott pastilah salah satunya. Trofi yang dibuat pada 1964 oleh Wilhelm Nagel ini aslinya hanya punya tinggi 47 cm. Namun, saat ini tingginya mencapai 52,4 cm.

Pertambahan tinggi trofi yang dibuat dari 250 gram emas murni ini terjadi pada 1991. Kala itu, DFB memutuskan untuk menambah dasar trofi setinggi 5 cm. Pertimbangannya, dasar trofi tak lagi mampu memuat tahun dan nama tim juara. Dengan penambahan tersebut, trofi yang pengerjaannya menghabiskan waktu setahun itu akan mampu memuat tahun dan nama juara hingga 2020.

Nah, yang unik adalah penambahan tinggi sebanyak 4 mm sisanya. Pertambahan tinggi Pott yang kedua ini terjadi akibat kecerobohan Rudi Assauer, Manajer FC Schalke 04 yang menjatuhkan Pott saat merayakan kemenangan timnya pada 2001-02. Akibatnya, enam dari total 42 batu kristal dan body Pott pun rusak.

Sebagai konsekuensi, DFB lantas menyuruh Schalke menyerahkan Pott kepada Nagel untuk direparasi. Tak tanggung-tanggung, biaya perbaikannya mencapai 32 ribu euro. Seperti sudah diduga, biaya perbaikan tersebut dibebankan kepada The Royal Blues. Nah, gara-gara perbaikan tersebut, tinggi Pott bertambah 4 mm.

Hal yang menarik, biaya perbaikan Pott ternyata lebih dari sepertiga estimasi harga materialnya yang mencapai 100 ribu euro. Meski demikian, sebenarnya nilai Pott lebih dari itu mengingat DFB Pokal adalah ajang bergengsi kedua di Jerman. Trofi ini hanya kalah gengsi dari Die Meisterschale, trofi juara Bundesliga 1.

Sekadar info, Pott adalah trofi pengganti Goldfasanen Pokal yang sebelumnya diperebutkan antara 1935-1943 dalam ajang yang diberi nama Tschammerpokal –diambil dari nama menteri olahraga zaman NAZI, Hans von Tschammer und Osten. Penggantian dilakukan atas inisiatif Dr. Peco Bauwens, Presiden DFB waktu itu, yang ingin menghilangkan aroma NAZI.

TROFI TERTUA YANG MASIH ADA


Piala FA Inggris yang pertama kali digelar musim 1871-72 memang tercatat sebagai turnamen tertua di dunia. Namun, berbicara soal usia trofi yang saat ini diperebutkan, Piala FA ternyata bukanlah yang tertua. Pasalnya, trofi asli Piala FA sudah raib pada 1895. Trofi yang sekarang diperebutkan adalah trofi keempat alias replika ketiga dan mulai diperebutkan pada 1992.

Adapun trofi tertua yang hingga saat ini masih ada dan diperebutkan adalah Piala Skotlandia yang pertama kali diperebutkan pada musim 1873-74. Trofinya sendiri dibeli dari sumbangan klub-klub atas surat permohonan Queen’s Park kepada Asosiasi Sepak Bola Skotlandia (SFA). Surat tersebut intinya meminta SFA untuk menarik satu pound dari setiap klub guna membeli trofi yang nantinya mereka perebutkan.

Uniknya, Queen’s Park sendiri yang pertama kali merengkuh trofi tersebut. Pada partai final yang disaksikan 3.000 penonton, mereka mengalahkan Clydesdale dengan skor 2-0. Hingga saat ini, para juara akan menerima trofi asli, namun hanya akan membawa pulang replikanya yang dibuat sama persis dengan trofi aslinya.

Sepanjang penyelenggaraan, hanya satu kali trofi Piala Skotlandia tak diserahkan kepada sang juara. Itu terjadi pada 1909. Kala itu, Glasgow Celtic dan Glasgow Rangers bertemu di final. Pada pertemuan pertama, pertandingan berakhir 2-2 sehingga dilakukan partai replay.

Sebelum partai replay itu, ada isu yang beredar bahwa SFA sebenarnya telah mengatur skor agar meraup banyak uang dari partai replay. Ini lantas menyulut amarah para fans kedua klub saat partai replay final dilangsungkan pada 17 April.

Saat hasil akhir menunjukkan angka 1-1 dan panitia mengumumkan tak ada perpanjangan waktu, para fans membanjiri lapangan dan merusak gawang. Mereka menguasai lapangan hingga 2,5 jam lamanya.

Celtic dan Rangers mengajukan petisi kepada SFA agar partai tersebut dibatalkan. Trofi dan medali pun tak diserahkan. Sebagai kompensasi, SFA memberikan uang 150 pounds bagi kedua kubu masing-masing sementara Queen’s Park mendapat 500 pounds sebagai kompensasi kerusakan lapangan yang terjadi.

SEJARAH PIALA WINNERS


UEFA Cup Winners' Cup adalah kompetisi sepak bola antar klub yang diikuti oleh para pemenang piala domestik di Eropa. Kompetisi ini pertama kali diadakan oleh panitia penyelenggara Mitropa Cup pada musim kompetisi 1960 - 1961 namun baru diakui oleh UEFA dua tahun kemudian, Piala Winners harus berakhir di musim 1998 - 1999 ketika UEFA memutuskan untuk menggabungkan kompetisi ini dengan Piala UEFA.

Sebelum penghapusannya, Piala Winners dianggap sebagai kompetisi paling bergengsi setelah Piala Champions dan diatas Piala UEFA, meskipun banyak komentator sepak bola menilai bahwa Piala Winners relatif lebih mudah untuk dimenangkan dibandingkan dua kompetisi mayor UEFA lainnya namun pada kenyataannya tak ada satupun klub yang mampu mempertahankan gelar Piala Winners mereka, termasuk klub-klub besar Eropa seperti FC Barcelona, Arsenal, AC Milan dan Manchester United.

Sejak tahun 1972 Juara Piala Winners dan Juara Piala Champions diadu untuk memperebutkan gelar Piala Super Eropa, kini hak untuk bertanding di Piala Super Eropa diberikan kepada juara Europa League (dulu disebut UEFA Cup).

Sejarah Piala Winners
Sukses yang diraih oleh Piala Champions Eropa dan Piala Fairs mengundang pemikiran tentang Suatu turnamen baru dengan format berdasarkan format Piala Champions namun dengan peserta para juara piala nasional.
Penyelanggaraan Piala Winners perdana di musim 1960 - 1961 tidak disambut antusias oleh klub top Eropa karena dua alasan ; pertama karena pada saat itu tidak semua negara Eropa memiliki kompetisi piala domestik, kedua karena pada dasarnya piala domestik kurang bergengsi jika dibandingkan dengan liga.
Banyak yang skeptis tentang kelanjutan kompetisi ini karena banyak klub besar yang memenuhi syarat, menolak untuk ikut serta diantaranya juara Copa del Rey, Atlético Madrid dan Juara Coupe de France AS Monaco.

Fiorentina Menjuarai Winners Cup Edisi Pertama
Akhirnya turnamen perdana hanya diikuti 10 klub tetapi setiap pertandingan umumnya ditonton dan direspon baik oleh masyarakat dan media. Sehingga dimusim kedua UEFA mengambil alih pengelolaan semua aspek kompetisi dan hasilnya semua klub yang memenuhi syarat bersedia untuk berpartisipasi di Piala Winners.
Sejak tahun 1968, semua negara anggota UEFA telah memiliki kompetisi piala domestik sendiri, hal ini semakin memantapkan posisi Piala Winners sebagai kompetisi antar klub paling bergengsi kedua di Eropa.
Bubarnya Piala Winners Eropa
Setelah pembentukan Liga Champions (sebelumnya disebut Piala Champion) pada awal 1990an, gengsi Piala Winners mulai menurun.
Apalagi sejak tahun 1997 UEFA memberikan jatah lebih bagi negara-negara kuat untuk tampil di Liga Champions.
Bersamaan dengan penambahan peserta Liga Champions, UEFA juga menambah peserta Piala Winners dari 32 menjadi 64 namun hal ini tidak mampu mendongkrak gengsi Piala Winners. Banyak tim besar yang menurut regulasi lama harusnya berkompetisi di Piala Winners sejak berlakunya regulasi baru berhak tampil di Liga Champions.
Sehingga di setiap musimnya Piala Winners hanya diikuti satu atau dua tim besar saja, hal ini membuat respon masyarakat semakin berkurang dan memaksa UEFA untuk mereformasi kompetisi mereka dengan cara menggabungkan Piala Winners dan Piala UEFA.
Data & Fakta Piala Winners:
Didirikan | 1960
Dihapus | 1999
Benua | Eropa (UEFA)
Peserta | 32 (putaran pertama)
Juara edisi pertama | Fiorentina - Italia
Juara edisi terakhir | Lazio - Italia
Klub tersukses FC | Barcelona ( 4 gelar )

Manchester Air Disaster


Tragedi Muenchen terjadi di bandar udara Munich-Riem, München, Jerman pada tanggal 6 Februari 1958. Kecelakaan terjadi ketika British European Airways Penerbangan 609 jatuh pada usaha ketiganya untuk lepas landas dari kubangan lumpur yang menyelimuti landasan. Di dalam pesawat terdapat para pemain Manchester United yang bersinar kala itu , dijuluki "Busby Babes", bersama dengan sejumlah pendukung dan wartawan. 20 dari 44 orang di pesawat tewas dalam kecelakaan. Yang terluka, beberapa di antaranya sudah tak sadarkan diri, dibawa ke Rumah Sakit Rechts der Isar di Munich di mana 3 orang meninggal, sehingga yang selamat hanya 21 orang. 

Tim dalam perjalanan kembali dari sebuah pertandingan Piala Eropa 1957-1958 di Beograd, Yugoslavia, melawan Red Star Belgrade, tetapi harus berhenti di Munich untuk mengisi bahan bakar, sebagai akibat dari perjalanan non-stop Belgrade ke Manchester, yang di luar batas kemampuan jangkauan pesawat sekelas Airspeed Ambassador. Setelah mengisi bahan bakar, sang pilot, Kapten James Thain dan kopilot Kenneth Rayment, mencoba lepas landas maksimal dua kali, tetapi harus membatalkan kedua upaya tersebut karena gangguan di mesin. Takut bahwa mereka akan terlambat jadwal, Kapten Thain menolak menginap di Munich dan memilih melakukan upaya lepas landas untuk ketiga kalinya.


Pada saat upaya ketiga, mulai turun salju, menyebabkan lapisan lumpur di ujung landasan. Ketika pesawat menyentuh lumpur, pesawat kehilangan kecepatan, membuat pesawat tidak dapat lepas landas. Pesawat menabrak pagar dan melewati ujung landasan, sebelum sayap pesawat membentur rumah terdekat sehingga sobek. Khawatir bahwa pesawat akan meledak, Kapten Thain menyuruh para penumpang yang selamat pergi menjauh sejauh mungkin. Meskipun demikian, kiper Manchester United Harry Gregg tetap di dekat bangkai pesawat untuk menarik korban yang selamat dari reruntuhan pesawat.

Sebuah penyelidikan oleh pihak berwenang bandara Jerman Barat awalnya menyalahkan Kapten Thain untuk kecelakaan tersebut, mengklaim bahwa dia telah gagal untuk menghilangkan es yang membeku pada sayap pesawat, yang dianggap sebagai penyebab kecelakaan, meskipun pernyataan yang bertentangan muncul dari para saksi mata. Kemudian ditetapkan bahwa kecelakaan itu, pada kenyataannya, disebabkan oleh kubangan lumpur campur salju di landasan pacu, yang mengakibatkan pesawat yang tidak mampu mencapai kecepatan minimum untuk lepas landas. Nama Thain akhirnya menghilang pada tahun 1968, sepuluh tahun setelah kejadian.


Tragedi tersebut menjadi bencana paling kelam dalam sejarah MU. Maka, MU selalu mengenangnya. Dan, 6 Februari 2008 lalu adalah tepat 50 tahun bencana yang sering disebut Tragedi Munich itu.

Itu juga menjadi tragedi nasional bagi Inggris. Maka, pada pertandingan persahabatan antara timnas Inggris lawan Swiss di Wembley, 6 Februari 2008, semua pemain menyempatkan hening sejenak mengenang para korban kecelakaan itu, sekaligus mengirim doa.

Namun, kontroversi sempat merebak kala MU melawan rival sekota Manchester City pada 10 Februari 2008. MU meminta semua hening semenit untuk mengenang tragedi itu, tapi sebagian suporter Man. City menolak dan mengancam akan mengganggu.6 Februari 1958.

Yang pasti, tragedi itu menjadi mimpi terburuk MU. Maka, klub itu membuat acara meriah pada peringatan 50 tahun Tragedi Munich. Gambar tim Busby Babes menghiasi Stadion Old Trafford. Berbagai selamatan juga dilakukan.

Untuk mengenang peristiwa ini maka dibuat plakat dan jam yang menunjukkan waktu kejadian tragedi tersebut.

Para Korban yang Tewas

  • Kaptain Kenneth "Ken" Rayment, kopilot (selamat dari kejadian tetapi mengalami cedera parah dan meninggal tiga minggu setelahnya di rumah sakit setelah mengalami gegar otak)
  • Tom Cable, pramugara
  • Geoff Bent
  • Roger Byrne
  • Eddie Colman
  • Duncan Edwards (selamat dari kecelakaan, tapi meninggal 15 hari kemudian)
  • Mark Jones
  • David Pegg
  • Tommy Taylor
  • Liam "Billy" Whelan
  • Walter Crickmer, sekretari klub
  • Tom Curry, trainer
  • Bert Whalley, kepala pelatih
Wartawan dan Jurnalis
  • Alf Clarke, Manchester Evening Chronicle
  • Donny Davies, Manchester Guardian
  • George Follows, Daily Herald
  • Tom Jackson, Manchester Evening News
  • Archie Ledbrooke, Daily Mirror
  • Henry Rose, Daily Express
  • Frank Swift, News of the World (juga mantan kiper Inggris dan Manchester City; meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit)
  • Eric Thompson, Daily Mail
Penumpang lain
  • Bela Miklos, agen perjalanan
  • Willie Satinoff, supporter, dan teman dekat Matt Busby